Namun tahi lalat itu sebenarnya apa sih ? 4 fakta unik ini akan menjawab teka teki kalian seputar tahi lalat.
Tahi lalat banyak jenisnya
Istilah tahi lalat digunakan untuk menggambarkan noda di kulit. Banyak pula yang menyebutnya sebagai “beauty mark”. Istilah medisnya adalah nevus melanositik. Tahi lalat dapat memiliki nuansa kecokelatan, hitam, merah muda kecokelatan seperti daging, merah, atau senada dengan warna kulit. Mereka bisa berbentuk datar, menyatu dengan permukaan kulit, atau timbul, berambut, memiliki tekstur halus atau kasar. Biasanya berbentuk lingkaran atau oval dengan tepian yang halus, kebanyakan tahi lalat berukuran lebih kecil dari penghapus di ujung pensil (sekitar 1,25 cm).
Tahi lalat dapat timbul di berbagai area tubuh — telapak kaki, tangan, kepala, ketiak, bahkan area genitalia — sebagai satu kesatuan terpisah, atau muncul berkelompok di satu area tertentu. Kebanyakan orang memiliki sekitar 10-40 tahi lalat, meski jumlah pastinya akan dapat berubah sepanjang hidup.
Tahi lalat adalah bentuk tumor kulit jinak
Ada beberapa jenis pertumbuhan kulit abnormal yang umum ditemukan pada manusia dan termasuk tumor jinak (non-kanker). Kondisi ini termasuk freckles (bercak kecokelatan di wajah), skin tag, lentigo (age spot/sun spot/noda penuaan kulit), keratosis seboroik, dan tahi lalat.
Tahi lalat terjadi ketika melanosit, sel penghasil pigmen kulit, memutuskan untuk mengelompok di satu area tertentu — bukannya menyebar ke seluruh kulit untuk memberikan rona asli kulit yang merata.
Kondisi ini biasanya muncul pertama kali di saat menjelang dan selama puber. Tahi lalat baru dapat muncul di pertengahan usia, dan memiliki masa kedaluwarsa karena akan menghilang setelah usia 40-50 tahun, atau tiba-tiba tanpa Anda sadari. Walaupun begitu, para ilmuwan belum berhasil memahami alasan mengapa tahi lalat bisa terbentuk atau apakah mereka memiliki fungsi tertentu.
Kenapa ada orang yang punya lebih banyak tahi lalat dibanding orang lain?
Gen yang kita warisi dari orangtua, bersama dengan jumlah paparan matahari yang kita miliki (terutama selama masa kanak-kanak) adalah faktor utama penentu jumlah tahi lalat yang kita miliki.
Tahi lalat dapat hadir semenjak lahir atau muncul secara bertahap pada masa perkembangan bayi di kemudian hari. Banyak anak yang sudah mengembangkan tahi lalat sejak masih berbentuk janin dalam rahim, terus sampai ia menginjak dewasa. Kondisi ini disebut sebagai tahi lalat kongenital. Alasan lain yang memungkinkan, selain faktor genetika, adalah dari pengaruh lingkungan seperti paparan sinar matahari.
Kulit yang mengalami kontak dengan sinar matahari lebih sering, akan cenderung memiliki lebih banyak tahi lalat. Namun, tahi lalat juga bisa timbul pada daerah yang tertutup dan terlindungi, seperti telapak tangan, telapak kaki, atau bokong.
Tahi lalat cenderung akan menggelap sebagai respon perubahan hormon tubuh, misalnya selama pubertas (menggelap dan sekaligus memperbanyak diri) dan selama masa kehamilan.
Tahi lalat kadang bisa jadi penanda kanker kulit
Kebanyakan tahi lalat tidak berbahaya, tetapi dalam kasus langka, bisa menjadi tunas kanker. Dilansir dari American Cancer Society, seseorang yang memiliki banyak tahi lalat di tubuh dianggap berisiko lebih besar untuk mengidap kanker kulit melanoma daripada mereka yang bertahi lalat lebih sedikit atau tidak sama sekali.
Namun demikian, dugaan ini disanggah oleh sejumlah studi kesehatan, salah satunya oleh studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Dermatology Maret 2016 lalu. Dilansir dari STAT News, studi ini menemukan bahwa orang-orang yang memiliki lebih dari 50 buah tanda lahir ini memiliki penurunan risiko terhadap melanoma invasif yang sangat dramatis. Tidak ada penjelasan sempurna untuk temuan ini, namun, menurut ketua pelaksana studi Alan C. Geller, dosen senior di Harvard TH Chan School of Public Health di Boston, melanoma dapat timbul dengan berbagai tingkat agresi pada orang-orang yang memiliki jumlah tahi lalat berbeda-beda.
Studi ini menunjukkan bahwa sedikit banyaknya jumlah tahi lalat tidak berkaitan langsung dengan risiko kanker kulit melanoma, begitu pula dengan rambut yang bertumbuh, melainkan tipe dari tahi lalat itu sendiri.
Ciri tahi lalat yang berpotensi kanker
Tahi lalat yang berpotensi kanker, disebut juga tahi lalat atipikal, biasanya berbentuk asimetris dengan tepian yang tidak beraturan, datar atau sedikit menonjol, memiliki beberapa nuansa warna, dan cenderung berukuran lebih besar dari 1,25 cm. Secara umum, tahi lalat yang berukuran lebih besar dari kepalan tangan akan membawa risiko tertinggi, dan banyak gejala kanker yang bermula di area sekitar tahi lalat atau noda gelap lainnya di tubuh. Jika Anda menyadari ada lebih dari 20-25 buah tahi lalat yang memiliki karakteristik seperti ini di tubuh Anda, Anda memiliki peningkatan risiko secara keseluruhan terhadap melanoma.
Kehadiran tahi lalat turunan yang lebih besar dari 20-25 centimeter juga dapat menandakan peningkatan risiko terhadap kanker kulit mematikan ini. Tahi lalat atipikal adalah sinyal potensi pengembangan melanoma, terutama pada orang-orang yang berkulit putih pucat dan terang.
Orang-orang yang memiliki banyak tahi lalat atipikal mungkin akan mengalami kesulitan untuk mengawasi perubahan pada ukuran, bentuk, dan warnanya — terutama karena tahi lalat jenis ini bisa timbul di punggung atau tempat-tempat lain yang sulit dijangkau. Walaupun begitu, tidak semua melanoma akan berkembang dari tahi lalat yang sudah ada sebelumnya, dan tahi lalat atipikal itu sendiri jarang berubah menjadi melanoma atau kanker.
Pemantauan tahi lalat, ‘tompel’, atau tanda lahir berpigmen lainnya merupakan langkah penting untuk mendeteksi kanker kulit, terutama melanoma ganas. Jika Anda khawatir tentang tahi lalat Anda — mengalami pembesaran tiba-tiba, perubahan pada karakteristik fisik, atau timbul perdarahan — segera kunjungi dokter kulit untuk memeriksakan kondisinya.
Source:https://hellosehat.com/hidup-sehat/kecantikan/fakta-kesehatan-tahi-lalat-dan-melanoma/
EmoticonEmoticon